Saya dan Unnes

Saya tidak mengira bahwa saya bisa kuliah di Unnes. Saat masa pendaftaran SNMPTN, saya meletakkan Unnes di pihan ketiga, sedangkan pilihan pertama dan kedua saya adalah UNS. Saat itu, saya sangat yakin bahwa saya bisa diterima di UNS, tetapi kenyataan berkata lain. Saya sangat sedih dengan kenyataan bahwa saya gagal masuk UNS dengan jalur SNMPTN. Guru BK dan orang tua saya akhirnya menyarankan saya untuk mengikuti tes SBMPTN dengan pilihan pertama Unnes jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan rasa kesal karena tidak diterima di UNS, saya pun mengikuti saran mereka untuk mendaftar di Unnes.
13 Juni 2017 pukul 14.00 WIB adalah jadwal pengumuman SBMPTN. Saya sedikit pesimis apakah saya bisa lolos SBMPTN mengingat bahwa saya pernah gagal di jalur SNMPTN. Tidak disangka, saya ternyata diterima di Unnes dengan prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (S1). Saya bangga dan senang bisa diterima di Unnes, tetapi saya masih belum bisa melupakan UNS. Akhirnya saya memantapkan hati saya untuk segera bisa beradaptasi dengan Unnes.
16 Agustus 2017 adalah hari pertama saya mengikuti kegiatan di Unnes, yaitu temu teknik Program Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (PPAK) Fakultas Bahasa dan Seni. Kali pertama mengikuti kegiatan tersebut, saya merasa bingung, takut, deg-degan, dan juga sedih karena tidak ada teman dari sekolah saya yang masuk di Unnes dengan jurusan yang sama. Saya melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan PPAK seorang diri. Di temu teknik tersebut, saya berkenalan dengan banyak teman baru. Sayangnya, saking banyaknya saya berkenalan saya jadi tidak bisa menghafal satu persatu siapa saja nama yang sudah saya ajak berkenalan.
Kegiatan PPAK berlanjut hingga hampir dua minggu kemudian, mulai dari upacara 17 Agustus, PPAK universitas, PPAK fakulltas, hingga Orientasi Kepramukaan Perguruan Tinggi (OKPT). Hari-hari pngenalan tersebut adalah hari yang sangat berat, dimana saya baru mulai beradaptasi dengan lingkungan Semarang yang sangat berbeda dengan lingkungan asal saya, tetapi saya juga harus mengikuti kegiatan dari subuh hingga menjelang isya. Selama masa pengenalan tersebut, saya tidak pernah bisa sarapan dengan nasi, karena saya tidak sempat memasak dan belum ada warung nasi yang buka. Padahal, selama di rumah saya adalah orang yang tidak pernah melewatkan sarapan.
Kegiatan pengenalan selama hampir dua minggu dengan tanpa diawalai sarapan tersebut, akhirnya membuat tubuh saya sakit. Hari terakhir kegiatan OKPT, saya sudah merasa tidak enak badan, tetapi saya harus tetap mengikuti kegiatan tersebut sampai selesai. Pagi harinya, saya berniat untuk beristirahat seharian, tetapi hal tersebut tidak dapat saya lakukan karena saya harus mengikuti acara bidikmisi dan siangnya ada acara pesta penyambutan mahasiswa baru oleh panitia PPAK FBS sebagai puncak dari rangkaian acara PPAK.
Hari Senin, 28 Agustus 2017 adalah hari perdana kuliah. Dengan badan yang masih kurang sehat saya tetap bersemangat untuk mengikuti perkuliahan hari pertama. Saya mendapat jadwal Fonologi di ruang B1-208 pukul 07.00 WIB dengan dosen pengampu Pak Asep Purwo Yudi Utomo. Di minggu-minggu awal perkuliahan, saya merasa senang karena isinya hanyalah perkenalan dari dosen dan pengenalan mata kuliah yang diajarkannya.
Jika seseorang bertanya lebih enak menjadi siswa atau mahasiswa, saat ini saya akan menjawab lebih enak menjadi siswa. Karena sampai sekarang, saya terkadang belum bisa mengikuti cara mengajar dosen. Kebanyakan dari dosen memberikan materi hanya sebatas pemaparan dan kita harus mendalami materinya sendiri. Hal tersebut sangat berbeda dengan ketika saya masih menjadi siswa. Guru selalu membimbing dan mendampingi siswanya sehingga siswa tersebut benar-benar menguasai mata pelajaran yang diajarkannya.
Nampaknya, nulai dari sekarang saya harus mengubah model belajar saya agar saya dapat bertahan mengikuti perkuliahan ini hingga lulus tepat waktu.

Komentar